Aktual.co.id — Dalam rangka mendukung ketahanan pangan lokal serta mendorong pengelolaan lingkungan berbasis kearifan lokal, mahasiswi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang tergabung dalam program Kuliah Kerja Nyata Tematik Inovasi Pesantren (KKN-T IP) melaksanakan kegiatan bertajuk Pelatihan Inovasi Pertanian Organik Lahan Terbatas di Pondok Pesantren Baitul Hikmah, Tempurejo, Kabupaten Jember.
Kegiatan ini menjadi bagian dari kontribusi nyata perguruan tinggi dalam memberdayakan komunitas lokal, khususnya pesantren, melalui pendekatan edukatif dan aplikatif. Diselenggarakan oleh semangat mahasiswa lintas disiplin UPN “Veteran” Jawa Timur, program ini berada di bawah koordinasi LPPM UPN Veteran Jawa Timur, serta dibimbing oleh Ririn Puspita Tutriasri, S.I.Kom., M.Med.Kom., dosen dari Fakultas Ilmu Politik, Sosial dan Budaya, Program Studi Ilmu Komunikasi.
Rangkaian kegiatan dimulai pada Sabtu pagi, 21 Juni 2025 pukul 09.00, dengan penyambutan resmi dari pihak Pondok Pesantren Baitul Hikmah. Kehadiran para mahasiswi disambut hangat oleh Direktur pondok, H. Muhammad Yusfihadi, S.Pd.,M.Pd.I, perwakilan Majelis Al-Muwasholah dan para pengurus, dalam suasana sederhana namun penuh makna. Seremonial penyambutan dibuka dengan sambutan lisan dari pihak pesantren, diikuti doa bersama, serta sesi perkenalan antara mahasiswa dan pihak pesantren.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Kelompok KKN Nadhifah Bernice Tsaniyah menyampaikan sambutan mengenai maksud dan tujuan programnya. Menurutnya, kehadirannya ke pondok pesantren itu tidak hanya sekadar menjalankan program KKN, tetapi juga ingin tumbuh bersama pesantren dalam membangun kemandirian dan keberlanjutan, terutama melalui pendekatan yang sederhana namun berdampak.
“Salah satunya melalui pertanian organik. Semoga kehadiran kami dapat memberi nilai tambah bagi pesantren Baitul Hikmah, baik dalam praktik maupun wawasan,” ujarnya.
Setelah kegiatan pembukaan, mahasiswa diajak berkeliling mengenal lingkungan pondok, mulai dari area santri, fasilitas pertanian, hingga ruang kegiatan belajar. Hal ini bertujuan agar mahasiswa memahami konteks dan potensi lingkungan pesantren secara langsung sebelum memberikan pelatihan.
Pihak pesantren pun menyambut program ini dengan antusiasme tinggi dan terbuka terhadap inovasi yang dibawa, serta menyampaikan harapan agar hasil kegiatan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi kemandirian pesantren.
Program pelatihan pertama berlangsung selama dua hari, dimulai pada 21 Juni 2025 dengan materi budidaya tanaman sayur organik. Mahasiswa mengajarkan tahapan praktis mulai dari pemilihan benih, penyemaian, perawatan, hingga panen beberapa jenis tanaman yang cocok ditanam di lahan terbatas seperti cabai, kangkung, sawi, dan bawang.

Pada hari kedua, 22 Juni 2025, pelatihan dilanjutkan dengan praktik pembuatan pupuk kompos organik serta pestisida alami berbahan dasar kulit bawang merah dan putih. Kegiatan berlangsung di lahan terbuka milik pesantren agar para santri bisa langsung mengaplikasikan materi secara nyata. Pelatihan ini dipimpin oleh Sintya Nafla Salsabela, dibantu oleh anggota kelompok lainnya yang berasal dari lintas program studi.
Kegiatan ini hanya melibatkan santri-santri terpilih yang menunjukkan minat dan komitmen dalam pertanian. Pendekatan ini dipilih agar peserta bisa mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam, serta secara aktif terlibat dalam praktik lapangan. Dalam suasana yang hangat dan kolaboratif, peserta antusias mengikuti setiap tahapan proses.
“Tujuan kami sederhana tapi berdampak jangka panjang—kami ingin santri punya keterampilan praktis untuk menciptakan pangan sehat secara mandiri, memanfaatkan sampah dapur menjadi pupuk dan pestisida alami, serta bisa mengolah lahan terbatas dengan lebih produktif,” ujar perwakilan mahasiswa dalam pernyataan bersama.
Salah satu masalah nyata yang coba dijawab melalui pelatihan ini adalah pengelolaan limbah dapur di lingkungan pondok. Pesantren Baitul Hikmah dikenal sebagai eco-pesantren, namun masih menghadapi tantangan dalam pemanfaatan limbah organik secara optimal.
Melalui pelatihan ini, mahasiswa memperkenalkan cara mengolah limbah rumah tangga menjadi pupuk organik padat dan cair, serta membuat pestisida nabati sebagai alternatif pengganti bahan kimia. Dengan proses fermentasi sederhana, bahan-bahan seperti daun kering, sisa sayur, dan kulit bawang dapat disulap menjadi sumber nutrisi bagi tanaman.
Hal ini sekaligus menjadi penerapan prinsip pertanian berkelanjutan, di mana kebermanfaatan lingkungan dan kemandirian pangan menjadi satu kesatuan. Pelatihan dilakukan sepenuhnya melalui praktik langsung. Para santri tidak hanya melihat, tapi benar-benar melakukan setiap tahapan produksi pupuk dan pengolahan lahan. Antusiasme terlihat jelas saat mereka mengaduk bahan pupuk, mengisi compost bag, hingga menyemai benih sayuran.
Naili, salah satu peserta, mengaku paling suka waktu memasukkan bahan organik ke dalam kompos bag. “Rasanya puas karena saya bisa lihat dan praktik langsung,” katanya.
Sementara itu, Riska, santri lainnya, menambahkan bisa mengambil pelajaran dari kompos tersebut. Bahkan, kalau nantinya sudah tidak di pondok, maka pengetahuan itu bisa diteruskan. “Daun-daun dan sayur basi bisa kita manfaatkan. Jadi tidak terbuang sia-sia,” ujarnya.
Pihak pesantren sendiri berharap kegiatan ini tidak berhenti sebagai pelatihan satu kali. Harapannya, santri dapat terus mengembangkan ilmu yang diperoleh, tidak hanya untuk kebutuhan dapur pesantren, tetapi juga untuk mendukung unit usaha produktif yang tengah dikembangkan.
Kegiatan ini juga sekaligus menjadi refleksi bahwa lahan terbatas bukan penghalang, melainkan peluang untuk menciptakan sistem pertanian mini yang produktif dan mandiri. Selain itu, kegiatan ini memiliki dimensi spiritual, karena mengelola alam, mengolah sampah, dan menanam makanan merupakan bagian dari tanggung jawab khalifah di bumi.
Program ini menjadi bukti bahwa peran pendidikan tinggi sangat strategis dalam menjawab tantangan sosial dan ekologis secara langsung di masyarakat. Melalui pendekatan yang kolaboratif, kontekstual, dan lintas keilmuan, mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur tidak hanya sekadar menjalankan program wajib, tapi benar-benar hadir sebagai agen perubahan yang membumi.
Dengan dukungan dari LPPM dan bimbingan intensif dari dosen pendamping, kegiatan ini diharapkan dapat memberi inspirasi bagi kampus lain dalam membangun kolaborasi bersama pesantren dan komunitas lokal lainnya.
Pelatihan Inovasi Pertanian Organik Lahan Terbatas ini diharapkan menjadi langkah awal menuju kemandirian pesantren dalam pangan dan lingkungan, sekaligus menjadi ruang belajar bersama yang melahirkan semangat gotong royong dan keberlanjutan. Melalui pendampingan yang berkelanjutan dan tindak lanjut dari para santri, kegiatan ini berpotensi menjadi gerakan lokal yang berdampak jangka panjang. (Penulis: Tasya Ningrum J A dan Nazhira Afifatul Izzi)
