Aktual.co.id – Saat menyampaikan pidato Rancangan Undang – undang tentang APBN Tahun Anggaran 2026 beserta Keuangan, Presiden Prabowo Subianto memerintahkan Badan Pengelola Investasi Danantara menghapus tantiem direksi BUMN yang perusahaan merugi.
Terkait hal tersebut, CEO Danantara Rosan Perkasa Roeslani telah menerbitkan kebijakan menghapus tantiem untuk komisaris-komisaris BUMN sebagaimana ditetapkan dalam Surat Edaran (SE) Nomor S-063/DI-BP/VII/2025.
“Masa ada komisaris yang rapat sebulan sekali, tantiem-nya Rp40 miliar setahun. Saya juga telah perintahkan ke Danantara, direksi tidak perlu tantiem kalau rugi, dan untungnya harus untung benar, jangan untung akal-akalan,” kata Presiden Prabowo seperti dikutip ANTARA.
Presiden menilai tantiem itu sebagai akal-akalan pimpinan BUMN. Dirinya pun tidak mengerti apa arti tantiem itu. “Itu akal-akalan mereka saja. Dia memilih istilah asing supaya kita tidak mengerti apa itu tantiem,” kata Presiden.

Menurut Presiden, ada banyak yang harus dibenahi dalam tata kelola BUMN, mengingat keuntungan yang disetorkan BUMN kepada negara belum sesuai harapan.
Ditambahkan, aset-aset yang dimiliki bangsa Indonesia yang berada BUMN-BUMN senilai lebih dari 1.000 triliun USD.
“Harusnya, BUMN itu menyumbang kepada pemerintah minimal 50 miliar dolar. APBN kita tidak defisit,” kata Presiden Prabowo di hadapan para wakil rakyat.
Presiden Prabowo menjelaskan dalam dunia bisnis, suatu usaha disebut berhasil manakala memiliki return on asset sekitar 12 persen. “Katakanlah konservatif 10 persen. Katakanlah untuk bangsa Indonesia cukup 5 persen,” kata Presiden.
Oleh karena itu, demi merevitalisasi BUMN-BUMN dan menggenjot kinerjanya agar mampu mencetak keuntungan, Presiden Prabowo menyebut telah memerintahkan Danantara untuk membereskan BUMN-BUMN.
“Saya memberi tugas kepada Badan Pengelola Investasi Danantara Indonesia untuk membereskan BUMN-BUMN kita. Tadinya, pengelolaannya secara, tidak masuk akal. Perusahaan rugi, komisarisnya banyak banget. Saya potong setengah, komisaris paling banyak 6 orang, kalau bisa cukup 4 atau 5,” sambung Presiden. (ndi/ANTARA)