Aktual.co.id – Meskipun dikaitkan dengan manipulasi dan kepentingan pribadi, individu yang memiliki kepribadian Dark Triad memiliki keuntungan sosial karena daya tariknya.
Sebuah studi baru yang diterbitkan Personality and Individual Differences menunjukkan bahwa dalam interaksi jangka pendek, individu yang memiliki ciri-ciri ini dianggap cepat mendapat kepercayaan.
Kepribadian ini mengacu pada sekelompok sifat kepribadian yakni narsisme, machiavellianisme, dan psikopati, yang memiliki inti yang sama, yaitu manipulasi, sikap tidak berperasaan, dan keegoisan.
Narsisme dicirikan rasa mementingkan diri sendiri yang berlebihan dan keinginan kuat untuk dikagumi. Machiavellianisme melibatkan pendekatan yang manipulatif terhadap hubungan interpersonal dan lebih fokus pada penipuan.
Psikopati mencakup sifat-sifat seperti impulsivitas, kurangnya empati atau penyesalan, dan perilaku antisosial.
Banyak penelitian yang menyebutan jika kepribadian ini berbahaya untuk menjalin relasi, namun fakta lapangan banyak orang tertarik pada penampilan orang seperti ini.
Meski konsekuensi akhir orang yang memiliki kepribadian manipulasi bisa menjadi musuh bagi orang sekitar.
Individu-individu ini sering kali unggul dalam manajemen kesan, menunjukkan tingkat kepercayaan diri yang tinggi, dan sangat persuasif.
Hal ini mendorong peneliti untuk mengeksplorasi sifat-sifat ini dapat beradaptasi dalam situasi sosial tertentu seperti membantu individu memperoleh pengaruh atau kepercayaan.
“Penelitian kami terinspirasi oleh banyak kisah dan tokoh nyata yang tampaknya memiliki kemampuan luar biasa untuk mendapatkan kepercayaan orang lain meskipun memiliki niat yang dipertanyakan,” kata Qi Wu, seorang profesor madya di Departemen Psikologi, Sekolah Ilmu Pendidikan di Hunan Normal University.
Para peneliti melakukan empat studi terpisah untuk menyelidiki apakah individu dengan tingkat manipulasi dianggap lebih dapat dipercaya hanya berdasarkan penampilan wajah.
Para peneliti bertujuan menguji apakah orang menganggap individu dengan ciri-ciri manipulasi bisa dipercaya berdasarkan penampilan wajah saja. Sampel utama penelitian ini terdiri dari 156 peserta dewasa Tiongkok, yang menyelesaikan tugas penilaian kepercayaan secara daring.
Setiap peserta melihat hanya sekali 40 gambar wajahhanya dan menilai seberapa dapat dipercayanya setiap orang. Gambar-gambar tersebut disajikan dalam urutan acak, dan peserta tidak mengetahui skor kepribadian aktual masing-masing individu.
Hasilnya menunjukkan bahwa peserta menilai individu dengan sifat manipulasi dapat dipercaya dari tampilan wajah. Hal ini mengejutkan, mengingat sifat ini umumnya dikaitkan dengan manipulasi dan penipuan.
Temuan tersebut menunjukkan orang banyak yang tertipu oleh isyarat wajah dalam interaksi jangka pendek, sehingga membentuk penilaian yang tidak akurat tentang karakter seseorang.
Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik manipulasi tampak dapat dipercaya walaupun akhirnya banyak orang yang tertipu dengan sikap dan perilakunya.
Namun, seperti semua penelitian, ada keterbatasannya. “Kami melakukan penelitian ini dalam konteks budaya Tiongkok,” Wu mencatat. Selain itu, peneliti menggunakan foto wajah statis sehingga masih membutuhkan perangkat tambahan seperti ekspresi, gerakan dan perilaku dinamis. (ndi)
