Aktual.co.id – Di depan sidang umum Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) Presiden RI Prabowo Subianto menyerukan persatuan umat manusia di tengah perbedaan bangsa, ras, dan agama, Selasa.
Disampaikan oleh Kepala Negara bahwa seluruh umat manusia pada hakikatnya adalah satu keluarga besar yang memiliki hak asasi yang sama.
“Kita berbeda dalam ras, agama, dan kebangsaan. Namun, hari ini kita tetap bersatu sebagainya satu keluarga umat manusia,” katanya di podium Markas Besar PBB, New York, AS.
Presiden Prabowo mengatakan bahwa makhluk Tuhan diciptakan setara dan dikaruniai hak-hak asasi untuk hidup, hak atas kebebasan, dan hak untuk mengejar kebahagiaan.
Presiden mengutip semangat Declaration of Independence yang menginspirasi berbagai revolusi demokratis di dunia, termasuk perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Menurutnya, prinsip kesetaraan manusia adalah kebenaran universal yang membuka jalan bagi kemajuan dan keadilan global.
Presiden Prabowo mengingatkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak otomatis menghapus ancaman terhadap kemanusiaan.
“Dalam era penuh kemenangan sains dan teknologi, kita tetap menghadapi bahaya, tantangan, dan ketidakpastian,” katanya.
Presiden Prabowo menyatakan, pengalaman sejarah panjang Indonesia yang pernah dijajah membuat bangsa Indonesia memahami arti keadilan dan solidaritas.
“Bangsa saya, Indonesia, sangat memahami perasaan itu. Selama berabad-abad, rakyat kami hidup di bawah penjajahan, penindasan, dan ketidakadilan. Kami tahu bagaimana rasanya kehilangan hak, diperlakukan tidak setara, dan diabaikan dari kesempatan yang sama,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Presiden juga mengajak negara-negara anggota PBB untuk menjaga cita-cita kemanusiaan dan tidak menyerah pada pesimisme.
Dirinya menekankan pentingnya memperkuat multilateralisme dan institusi global sebagai benteng terakhir menghadapi ketidakpastian dunia.
Presiden Prabowo menyampaikan pidato pada Sidang Majelis Umum PBB (UNGA) pada urutan ketiga setelah Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (ndi/ANTARA)