• Indeks
Aktual.co.id
  • Beranda
  • Big Data
  • Viral
    • Pemerintahan
    • Politik
    • Hukum Kriminal
  • Mental Health
  • Travel & Kuliner
  • Pakar Menulis
  • Indeks
Reading: Jebakan Kebenaran Palsu: Ancaman AI terhadap Masa Depan Bangsa
Share
Aktual.co.idAktual.co.id
Search
  • Beranda
  • Big Data
  • Viral
    • Pemerintahan
    • Politik
    • Hukum Kriminal
  • Mental Health
  • Travel & Kuliner
  • Pakar Menulis
  • Indeks
Have an existing account? Sign In
Follow US
Copyright 2025 - Aktual.co.id
Big Data

Jebakan Kebenaran Palsu: Ancaman AI terhadap Masa Depan Bangsa

Redaktur Kamis, 17 April 2025
Share
5 Min Read
Ilustrasi AI di masa depan/Dok.aktual.co.id
Ilustrasi AI di masa depan/Dok.aktual.co.id

Aktual.co.id – Di tengah laju revolusi digital, kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat modern. AI kini tidak hanya hadir di laboratorium riset atau perusahaan teknologi besar tetapi juga telah merasuk ke dalam aktivitas sehari-hari mulai dari pelajar dan mahasiswa yang menggunakannya untuk belajar dan mengerjakan tugas hingga para pegawai atau pekerja yang mengandalkannya untuk menganalisis data, menyusun laporan, atau membuat keputusan bisnis.

Dibalik kemudahan dan efisiensi yang ditawarkan muncul satu ancaman besar yang mengintai di bawah permukaan: persepsi keliru tentang “kebenaran” AI. Banyak orang tanpa sadar menjadikan AI sebagai sumber kebenaran absolut. Padahal sistem AI bekerja hanya berdasarkan data yang dipelajari bukan dari pemahaman atau kebijaksanaan. Bila data yang digunakan salah, bias, atau tidak relevan, maka output yang dihasilkan bisa menjadi senjata yang merusak.

Fenomena ini sangat berbahaya namun tipis terasa. Dalam perspektif komunikasi digital, Jean Baudrillard mengingatkan kita pada konsep simulacra — di mana realitas tergantikan oleh representasi buatan yang tampak lebih nyata dari kenyataannya sendiri. AI yang menyajikan jawaban instan, meskipun berbasis data yang terbatas akan dapat membentuk persepsi massal tentang apa yang disebut sebagai “fakta.” Inilah jebakan kognitif yang membuat publik cenderung mempercayai apa yang terlihat meyakinkan bukan yang benar-benar akurat.

Baca Juga:  Efisiensi Anggaran dan Adaptasi Riset Dosen di Era Digital

Dalam perspektif psikologi digital, efek cognitive offloading menjelaskan bagaimana manusia kini menyerahkan proses berpikir dan pengambilan keputusan kepada mesin. Ketika otak tidak lagi dilatih untuk berpikir kritis karena semuanya telah disediakan oleh AI maka terjadilah penurunan daya analisis, ingatan, dan bahkan empati. Ini bukan sekadar tantangan edukatif, tapi krisis psikologis kolektif yang mengancam kesehatan kognitif generasi masa depan.

Bayangkan jutaan pelajar di seluruh Indonesia yang menggunakan AI untuk menyelesaikan tugas sekolah tanpa memahami materi yang sebenarnya. Ini bukan hanya menciptakan generasi malas berpikir tetapi juga menciptakan generasi yang lemah dalam logika, etika, dan nalar kritis. Lebih dari sekadar masalah pendidikan, ini adalah ancaman terhadap kualitas sumber daya manusia bangsa.

Dalam ranah kerja, ketergantungan buta terhadap AI bisa menimbulkan kehancuran sistemik. Keputusan bisnis berbasis analisis AI yang salah bisa menjatuhkan perusahaan, menimbulkan PHK massal, atau bahkan menciptakan krisis kepercayaan di pasar. Dalam kasus tertentu, manipulasi data oleh pihak tak bertanggung jawab dapat digunakan untuk memanipulasi opini publik, menyebarkan disinformasi, dan menciptakan konflik horizontal yang berbahaya.

Baca Juga:  Antrean di SPBU Asing Meningkat Usai Isu "Pertamax Oplosan", Konsumen Beralih dari Pertamina?

Sosiolog Manuel Castells memperingatkan bahwa dalam masyarakat jaringan (network society), kekuasaan tidak lagi berada pada negara atau institusi tradisional melainkan pada pengendali informasi. Jika algoritma AI dikendalikan oleh segelintir korporasi global maka pada hakikatnya kita sedang menyaksikan lahirnya bentuk baru kolonialisme digital. Data kita menjadi komoditas dan persepsi kita dikendalikan oleh sistem yang tak kita pahami.

Michel Foucault pun telah lama menyoroti bagaimana kekuasaan modern bekerja melalui pengetahuan dan pengawasan. AI adalah alat panoptikon digital: ia merekam, mengawasi, dan memprediksi perilaku kita. Kita merasa bebas menggunakan teknologi padahal sedang dipantau dan dibentuk secara halus oleh kekuatan yang tak terlihat.

Kita tidak sedang berbicara tentang fiksi ilmiah. Ini adalah kenyataan yang sedang kita hadapi. AI dapat dengan mudah menyebarkan informasi palsu dalam skala masif dan dalam waktu singkat. Tanpa literasi digital yang memadai, masyarakat bisa terseret dalam arus kebohongan digital yang sistematis dan mengakar. Ini dapat memicu perpecahan sosial, polarisasi politik, bahkan kekacauan nasional.

Bahaya lainnya adalah hilangnya identitas intelektual bangsa. Ketika anak-anak muda lebih percaya pada mesin daripada pada gurunya, ketika pejabat lebih mengandalkan AI daripada kajian akademis atau kearifan lokal maka kita sedang menciptakan peradaban yang kosong jiwa dan rapuh secara moral.

Baca Juga:  Perayaan Cap Go Meh Nusantara 2025 di Balai Kota Surabaya Jadi Bukti Keberagaman

Sudah saatnya pemerintah turun tangan lebih serius. Literasi digital harus menjadi prioritas utama pendidikan nasional. Harus ada regulasi ketat terhadap penggunaan dan pengembangan AI termasuk transparansi data dan algoritma. Tidak kalah penting, publik perlu diberi pemahaman mendalam bahwa AI bukan pengganti nalar manusia, melainkan alat bantu yang tetap harus dikendalikan oleh akal sehat, nilai kemanusiaan, dan etika.

Di tengah derasnya arus teknologi, kita dihadapkan pada pilihan: menjadi bangsa yang cerdas memanfaatkan AI atau menjadi korban dari ketidaktahuan kita sendiri. Jangan sampai kita menyesal ketika semuanya sudah terlambat, saat generasi masa depan tak lagi mampu membedakan antara yang benar dan yang salah, karena semua telah dibentuk oleh kebenaran semu buatan mesin.

AI bukanlah penyelamat. Jika tidak diawasi dan disikapi dengan benar, ia bisa menjadi bencana intelektual, psikologis, dan sosial terbesar abad ini bagi bangsa kita.

Dr. Irwan Dwi Arianto, M.I.Kom.

Pengasuh Rubrik Big Data di Aktual.co.id

Kepala Laboratorium Integrated Digital – FISIBPOL – UPN “Veteran” Jatim

Founder ASIGTA Group

SHARE
Tag :Big Data

Berita Aktual

Wapres Gibran saat berkunjung Taman Sains Teknologi Herbal dan Hortikultura (TSTH2) di Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara / Foto : Diskominfo Sumut
Nama Kemenyan Viral Karena Pidato Wakil Presiden Gibran Soal Hilirisasi
Sabtu, 17 Mei 2025
Ilustrasi Palestina berjuang mendapatkan kemerdekaan / Foto : freepik
Trump Berencana Relokasi 1 Juta Warga Palestina di Gaza ke Libya
Sabtu, 17 Mei 2025
Kebiasaan santai adalah cara sehat saah satu ciri lingkungan penuh keributan / Foto : freepik
Lebih Memilih Kegiatan Bersantai, Menjadi Ciri Orang yang Hidup Penuh Kekacauan
Sabtu, 17 Mei 2025
Foto ijazah milik Joko Widodo yang tersebar di media sosial / Foto : X
Fotokopi Ijazah Jokowi Jadi Obrolan Warga di Media Sosial
Sabtu, 17 Mei 2025
Wisata Kota Batu tengah dipromosikan ke mancanegara / Foto : Ist
Kota Batu Genjot Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Jumat, 16 Mei 2025

Mental Health

Kebiasaan santai adalah cara sehat saah satu ciri lingkungan penuh keributan / Foto : freepik

Lebih Memilih Kegiatan Bersantai, Menjadi Ciri Orang yang Hidup Penuh Kekacauan

Hindari gosip ketika dalam obrolan bersama teman / Foto : freepik

Jika Ingin Membuat Kesan Baik, Hindari Obrolan yang Tabu Ini

Membuka kulkas dianggap bisa meredakan ketegangan / Foto : geedeting

Perilaku Orang yang Membuka Kulkas Tanpa Mengeluarkan Apa pun Memiliki Kepribadian Berikut Ini

Orang yang sehat mental memiliki batasan untuk kenyamanan diri / Foto : blogherald

Batasan yang Ditetapkan oleh Orang yang Memiliki Sehat Mental

Ad imageAd image

TRENDING NEWS

Tanda Orang yang Berpura – Pura Baik Menurut Analisa Psikologi

Alfamart Akuisisi Saham Lawson dari Alfamidi. Publik Bingung Hubungan Alfamidi dan Alfamart Selama Ini.

Sapi Kurban Prabowo Mendadak Mati. Publik Memposting Tentang Keracunan MBG

Nama Kasmudjo Menjadi Perbincangan Warganet Pasca Disambangi Jokowi

Pendaki Hilang di Gunung Cikuray, Tim SAR Gabungan Mulai Melakukan Pencarian

More News

Butuh ketenangan berbicara dengan orang egois

Cara Bergaul dengan Orang Keras Kepala

Senin, 10 Februari 2025
Aksi unjuk rasa karena kelalaian sekolah mendaftar SNBP 2025

Prof Nasih : PDSS SNBP 2025 Tidak Perlu Diperpanjang untuk Efek Jera ke Sekolah

Sabtu, 8 Februari 2025
Dirut PT Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan / foto : Antara

Pertamax dan Pertalite Viral Pasca Kejagung Mengungkap Pengoplosan di Pertamina. Publik : Selama Ini Kita Ditipu.

Selasa, 25 Februari 2025
BNPB akan melakukan rekayasa cuaca untuk jaga kelancaran lebaran 2025/ Foto : Freepik

BNPB Modifikasi Cuaca untuk Jaga Kelancaran Mudik Lebaran

Jumat, 28 Maret 2025
Aktual.co.id

Aktual.co.id adalah portal berita berbasis big data dan analisis digital terdepan di Indonesia yang berada di bawah naungan ASIGTA Group.

  • Redaksi
  • Tentang
  • Kontak
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • Beranda
  • Indeks
  • Big Data
  • Mental Health
  • Pakar Menulis
  • Viral

Follow Us

Copyright 2025 – Aktual.co.id