Aktual.co.id – Sebuah studi baru menunjukkan cara orang menurunkan berat badan memiliki dampak signifikan pada kesehatan mentalnya.
Penelitian yang dipublikasikan Journal of Affective Disorders menunjukkan perilaku penurunan berat badan yang sehat seperti makan lebih banyak buah dan sayuran, beralih ke makanan rendah kalori, dan berolahraga dikaitkan dengan gejala depresi.
Sebaliknya, pendekatan yang tidak sehat seperti melewatkan makan, mengonsumsi pil diet, atau muntah, dapat dikaitkan dengan tingginya gejala depresi.
Para peneliti melakukan studi untuk memahami bagaimana upaya penurunan berat badan berhubungan dengan kesejahteraan psikologis.
Seiring semakin meluasnya perilaku penurunan berat badan, muncul kekhawatiran konsekuensi kesehatan mental dari praktik tertentu. Meskipun strategi memperbaiki pola makan dan meningkatkan aktivitas fisik sering dianjurkan banyak ahli.
Untuk mengejar penurunan berat badan, banyak orang beralih ke metode lebih ekstrem dan membahayakan mental emosional.
Tim berusaha mengevaluasi bagaimana strategi memengaruhi gejala depresi, terutama mengingat semakin populernya upaya penurunan berat badan baik dalam konteks klinis maupun non-klinis.
“Kekhawatiran yang semakin meningkat terhadap epidemi obesitas global dan risiko kesehatan yang terkait dengannya, termasuk implikasi kesehatan mental, memotivasi meneliti kemungkinan hubungan metode penurunan berat badan dengan depresi,” ungkap Zheng Zhan, kandidat Ph.D di South China Normal University.
Penelitian ini dilakukan karena prevalensi obesitas dan depresi yang tinggi sekaligus memahami metode penurunan berat badan yang baik untuk kesejahteraan mental.
Untuk menyelidikinya hal tersebut para peneliti menggunakan data dari Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional.
Peneliti menganalisis respons dari 9.334 orang dewasa yang tidak hamil berusia 20 hingga 79 tahun yang telah berupaya menurunkan berat badan dalam setahun terakhir.
Sekitar 61% dari partisipan adalah wanita, dan usia rata-rata adalah 47 tahun. Partisipan diminta melaporkan perilaku penurunan berat badan dan menyelesaikan kuesioner standar yang menilai gejala depresi selama dua minggu sebelumnya.
Strategi penurunan berat badan dibagi menjadi dua kategori. Metode perlindungan meliputi berolahraga, beralih ke makanan rendah kalori, dan meningkatkan asupan buah dan sayur.
Metode berbahaya meliputi melewatkan makan, menggunakan formula diet cair, mengonsumsi pil diet yang diresepkan atau dijual bebas, dan menginduksi muntah atau menggunakan obat pencahar.
Para peneliti menggunakan model statistik untuk menilai perilaku pelaku diet dikaitkan dengan gejala depresi. Tentu memperhitungkan faktor-faktor usia, pendapatan, pendidikan, status merokok, dan indeks massa tubuh.
Para peneliti menemukan orang yang melaporkan penggunaan strategi perlindungan secara signifikan lebih kecil kemungkinannya mengalami gejala depresi.
Olahraga, misalnya, dikaitkan dengan penurunan 39% dalam kemungkinan depresi, sementara makan lebih banyak buah dan sayuran dikaitkan dengan penurunan 22%.
Di sisi lain, peserta yang terlibat dalam strategi berbahaya memiliki risiko gejala depresi yang lebih tinggi. Melewatkan makan dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi sebesar 71%, dan mereka yang melaporkan muntah atau menggunakan obat pencahar memiliki lebih dari dua kali lipat kemungkinan mengalami depresi.
Orang yang menggunakan lebih banyak strategi protektif cenderung melaporkan lebih sedikit gejala depresi, sementara yang menggunakan strategi berbahaya seperti konsumsi obat – obatan memiliki risiko yang jauh lebih besar.
“Salah satu temuan yang menonjol adalah perbedaan signifikan risiko depresi antara individu yang menurunkan berat badan melalui diet dan olahraga dibandingkan yang menggunakan metode bedah atau farmasi,” kata Zhang kepada PsyPost.
Hal ini menunjukkan bahwa manfaat psikologis jangka panjang dalam program penurunan berat badan sangat diperlukan. Mengingat ketertarikan adanya ketertarikan antara diet dengan depresi.
Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa kelompok yang rentan membutuhkan panduan khusus terkait dengan penurunan berat badan dan kesehatan mental.
Yang penting, dampak emosional dari perilaku penurunan berat badan tampak lebih nyata pada individu yang gagal menurunkan berat badan. Misalnya, orang yang menggunakan strategi ekstrem tetapi tidak berhasil menurunkan berat badan melaporkan tingkat gejala depresi yang lebih tinggi.
“Studi kami menyoroti metode penurunan berat badan, terutama yang berfokus pada perubahan gaya hidup seperti diet dan aktivitas fisik, dapat berdampak pada kesehatan mental,” jelas Zhang.
Sangat penting bagi individu untuk memikirkan pola pikir holistik dengan mempertimbangkan tidak hanya aspek fisik tetapi juga aspek psikologis dari metode ini.
Para peneliti memberikan catatan, hendaknya pelaku diet tidak berfokus pada penurunan berat badan, namun juga kesehatan mental selama menjalani program diet. (ndi)