Aktual.co.id – Berdasarkan diskusi dengan semua pihak termasuk pihak keluarga wali santri Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, akhirnya diputuskan penggunakan alat berat untuk mengevakuasi korban yang masih di bawah gedung yang roboh.
“Hal ini dilakukan setelah seluruh pihak terkait berdiskusi dengan keluarga korban. Keluarga juga setuju untuk penggunaan alat berat,” kata Pratikno di Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis.
Menurut kutipan berita ANTARA, dialog tim gabungan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengonfirmasi kepada para keluarga bahwa tidak lagi ditemukan tanda-tanda kehidupan dari korban di bawah reruntuhan gedung musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Sidoarjo.
Untuk keputusan tersebut pihak keluarga menyetujui proses tersebut dengan menandatangani dokumen terkait untuk proses penggunaan alat berat.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menjelaskan bahwa BNPB telah menyiapkan 219 orang petugas terlatih, 300 kantong jenazah, 30 truk sampah, 30 unit ambulans, serta lima derek (crane) guna melancarkan proses tersebut.
Suharyanto juga menjelaskan jika ada keluarga korban yang kesulitan terkait proses pemakaman atau membawa jenazah ke luar daerah Sidoarjo, maka pemerintah siap membantu seluruh prosesnya.
Sementara itu Kepala Subdirektorat Pengarahan dan Pengendalian Operasi (RPDO) Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Emi Freezer menyatakan proses evakuasi korban yang telah memasuki tahap pemulihan menggunakan alat berat tersebut hanya akan dilaksanakan hingga sore hari.
“Dengan pertimbangan pencahayaan dan visibilitas terbatas, serta unsur keselamatan para petugas yang ada di lapangan adalah hal utama, maka kami putuskan untuk tidak melaksanakan proses pada malam hari,” kata Freezer.
Sebelumnya pihak Badan SAR Nasional dan BNPB telah tiga kali melakukan asesmen di lapangan untuk memastikan adanya tanda-tanda kehidupan sejak Rabu (1/10) malam hingga Kamis (2/10) pagi.
Dari proses asesmen menggunakan berbagai alat-alat mutakhir, Basarnas menyimpulkan bahwa sudah tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan dari korban.
“Asesmen dilakukan pada pukul 23.00 WIB pada Rabu malam, kemudian pada pukul 02.00 WIB dan terakhir pada 07.00 WIB Kamis, hasilnya nihil (tanda kehidupan),” kata Freezer.
Dikatakan, proses pengangkatan puing menggunakan derek akan dilakukan secara bertahap. Menurutnya setiap satu kali proses pengangkatan akan diikuti oleh asesmen ulang demi memastikan seluruh proses aman. (ndi/ANTARA)