Aktual.co.id – Tepat tanggal 6 Februari 2025 penulis legendaris Pramoedya Ananta Toer berusia 100 abad. Penulis yang menerbitkan berbagai judul buku dengan cerita di jalam kolinal tersebut. Pram, demikian dia disebut, memiliki banyak buku yang salah satu terkenal dan melegenda adalah tetralogy buru, Bumi Manusia (1980), Anak Semua Bangsa (1981), Jejak Langkah (1985), Rumah Kaca (1985).
Karena gaya penulisan penuh kritik sosial serta dianggap berlawanan dengan orde baru, beberapa buku dari tetralogy tersebut dilarang beredar oleh kejaksaan di masa itu. Pelarang justru semakin menarik karena beredar terbitan gelap sehingga untuk mendapatkan kisah tersebut harus bekejaran dengan pihak pemerintah.
Satu abad dari Pramoedya Ananta Toer pun dipasang sebagai hashtag di media sosial. Para netizen dan pemilik akun ramai – ramai mengapresiasi ulang tahun dari sang maestro ini. Seperti akun @solusibukucom, “Selamat ulang tahun, Pramoedya Ananta Toer! Ragamu mungkin sudah tiada, namun jiwamu selalu hidup dalam setiap lembar yang kami baca. Terima kasih sudah mewarisi keberanian dan keadilan. 1925 – Abadi.”
Tidak ketinggalan akun @KontraS yang menuliskan, “6 Februari 2025 menjadi momen peringatan 100 tahun hari lahirnya Pramoedya Ananta Toer, sosok yang banyak mengajarkan keberanian & kemanusiaan dalam karya & kehidupannya. Mari sebarluaskan gagasan & inspirasi dari Pram seluas-luasnya! #SeAbadPram #100TahunPram.”
Sementara akun @pramwibisana akan memberikan give kepada netizen yang berhasil memenuhi persyaratan yang diberikan kepadanya. “GIVEAWAY 100 TAHUN PRAMOEDYA ANANTA TOER Hari ini, kita memperingati 100 tahun Pramoedya Ananta Toer, sosok yang tak hanya menulis, tetapi juga mengabadikan sejarah dan nurani dalam kata-kata. Sebagai bentuk apresiasi, aku ingin berbagi buku Pram kepada yang beruntung!”
Tantangan dari akun @pramwibisana mendapat respon dari akun lain dengan berbagi cerita tentang membaca buku dari Pram. Akun tersebut adalah @annotherword yang menulis, “Pertama kali tau Pram itu pas baca buku Laut Bercerita. Terus aku kepo kenapa sih dulu buku-bukunya dilarang sebegitunya semasa orba, emang kayak gimana bukunya? Disitu mulai ngulik² Pram dan buku² nya terus memutuskan mau baca Tetralogi Buru, tapi waktu itu masih kelas 2 SMA (1).”
Kemudian @annotherword melanjutkan tulisannya,” Dan blm mampu beli bukunya jd aku iseng² cari di perpus sekolahku dan trnyata ada buku² Tetralogi lengkap. Akhirnya aku mulai baca dr Bumi Manusia sampe Rumah Kaca. Sejak itu lgsg kagum dan ngefans bgt, kok bisa orang bikin karya keren kaya gini?.”
Dilanjutkannya,”Aku yg emg suka sejarah, ngrasa kok baca buku² roman sejarah gini lbh ngefeel ya drpd bljr sejarah formal di skolah? (dan bikin lbh cinta sm Indo sih jujur) Aku jd tau iklim sospol pd jaman itu, suasana masyarakatnya,& gmn berjuangnya sesepuh² utk bikin negara ini ada & merdeka.”
Menurutnya cerita yang diketika oleh Pram lebih dapat dengan zamannya. Berikut tulisannya, “Trs aku ambis bgt baca smua bukunya karna nilai² yg blio angkat itu slalu melebihi jamannya&mindblowing.Aku ngulik² di perpus,di internet,& udh baca bnyk sih, favoritku spanjang masa itu “Bukan Pasar Malam”tp ada bnyk jg buku² blio yg blm kubaca,trmasuk Larasati dan Calon Arang.”
Diakhir penulisan dia menjelaskan, “Jujur pas masa² itu,hidupku lagi suram²nya & cuma dr buku² Pram yg menemani kesepianku, & rasanya, kata² bliau di stiap bukunya yg kubaca slalu memberiku keberanian utk hidup lagi,meski tlah mati berkali²).Kuharap smua org di negeri ini bs baca karya² bliau dgn tanpa keterbatasan.”
Pramoedya mendapatkan tempat terbaik bagi pembacanya. Dari hashtag Satu Abad Pramoedya Anata Toer sudah terposting 3,279 post media sosial X. Postingan pertama tepat tanggal 6 Februari dan terus bertambah hingga tanggal 7 Februari 2025. Berbagai apresiasi diberikan kepada Pramoedya karena tulisannya mampu membelah imajinasi pembacanya. (ndi)