Aktua.co.id – Tokoh nasional Islah Bahrowi baru saja memposting status di media sosial menceritakan kisahnya bertemu dengan investor asal Korea dan Jepang. Dikatakan bahwa persoalan investasi di dalam negeri bukan persoalan regulasi, namun premanisme yang dilakukan sekelompok orang yang berbaju organisasi masyarakat.
“Saya pernah ngobrol dengan investor manufaktur dari Korea dan Jepang 5 tahun lalu. Baru melakukan tiang pancang, gerombolan Ormas sudah nongkrongin minta uang jatah dan mengintimidasi agar limbah materialnya nanti diberikan kepada mereka. Keduanya sempat beroperasi, tapi akhirnya tutup di masa pandemi. Investor yang dari Jepang akhirnya pindah ke Vietnam. Investor Korea lebih memilih jadi distributor skincare dan buka restoran di Senopati hingga sekarang. Jadi percuma pemerintah memudahkan birokrasi bagi investor, tapi di bawah dipalak ratusan preman berkedok Ormas,” tulis Islah Bahrowi.
Tentu saja tulisan dari Islah Bahrowi ini mendapat berbagai komentar dari warga net yang menyimak postingannya. “Baru tiang pancang uda didatangin ormas .Baru diresmikan, rekrut tenaga kerja harus lewat ormas klo ga didemo. Setelah operasional, banyak proposal ormas, jelang hari raya proposal minta THR, belum lagi oknum aparat ikut2an minta. Makanya pas Jkw keluarin ciptaker, gw cuma ketawa aja,” tulis YBK @yesmar_banu seolah mengaminkan pendapat dari Islah Bahrowi.

“Kapan nih negara membubarkan dan mencabut izin Surat Keormasan semua Ormas yang ada di seluruh Indonesia ? Dan kalo mereka Menolak atau tidak Menerima Berhadapan dgn TNI POLRI… Negara Harus Ber Tangan Besi terhadap preman yg berlindung di baju Ormas !,” ketik THOTH Vonski @13theEnki.
“Beberapa hari yg lalu Sy d tlpn lama sama tmn yg lgi bangun RS ke-2 d Jogja, dia crita jg terkait sering dipalakin sama Ormas2 dan skrg nmbh dari Perguruan2 Silat, minta jatah; upeti ini itu setiap dtg ke proyek. Gak hanya Investor asing, Pengusaha lokal jg kena palak,” ungkap Agung Triawan @AgungTria48875
Postingan yang dimuat di media sosial tanggal 8 Februari 2025 pkl 2.43 siang itu medapat komentar sebanyak 193 postingan. Dari semua postingan umumnya menguatkan apa yang ditulis oleh Islah Bahrowi. Beberapa postingan juga memuat potongan berita yang berkaitan dengan premanisme yang mengganggu investasi. (ndi)