Aktual.co.id – Dalam tiga penelitian, peneliti menemukan kerendahan hati intelektual berhubungan positif dengan akurasi empati, khususnya terhadap anggota kelompok luar.
Temuan tersebut menunjukkan kerendahan hati intelektual dapat meningkatkan perhatian empati tanpa memperbesar tekanan pribadi.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa kerendahan hati dapat meningkatkan sikap memaafkan, dan toleransi terhadap perspektif yang berbeda.
“Kerendahan hati intelektual seperti pemahaman bahwa kita tidak tahu segalanya, adalah kebajikan yang penting dan langka,” kata penulis studi Michal Lehmann , seorang rekan peneliti pascadoktoral di Universitas Carnegie Mellon dalam jurnal Personality and Social Psychology Bulletin.
Untuk penelitiannya, Lehmann dan rekan-rekannya melakukan tiga studi pra-terdaftar yang melibatkan total 533 partisipan, semuanya orang dewasa Yahudi Israel.
Studi tersebut berfokus pada empati kognitif, atau kemampuan mengidentifikasi secara akurat apa yang dirasakan orang lain, dan empati emosional, yang mencakup perhatian empatik dan tekanan pribadi.
Dalam penelitian ini para peserta menonton klip video pendek berisi individu-individu yang menceritakan pengalaman pribadi yang emosional.
Para peneliti membandingkan penilaian para peserta terhadap emosi dari film tersebut dengan keadaan emosional.
Dalam studi pertama, 212 peserta mengunjungi laboratorium atau berpartisipasi melalui Zoom karena pembatasan COVID-19.
Setiap peserta menonton delapan video. Saat menonton video, peserta menilai emosi pemeran video secara langsung menggunakan skala geser.
Peserta juga menyelesaikan pengukuran tambahan untuk menilai reaksi emosional, serta kuesioner yang mengukur kerendahan hati intelektual.
Temuan dari studi ini menunjukkan kerendahan hati intelektual memprediksi akurasi empati yang lebih besar, terutama ketika peserta menonton video pembicara Palestina-Israel.
Peserta yang memiliki kerendahan hati intelektual lebih tinggi akurat mengenali emosi anggota kelompok luar dibandingkan yang tidak memiliki kerendahan hati intelektual. Hubungan ini lebih lemah atau bahkan terbalik ketika mengevaluasi kelompoknya sendiri.
Peserta dengan kerendahan hati intelektual yang lebih tinggi juga melaporkan perhatian empatik yang lebih besar. Kombinasi perhatian tinggi dan tekanan rendah inilah yang disebut para peneliti sebagai “ketahanan empatik.”
Studi kedua mereplikasi temuan ini dengan kelompok baru yang terdiri dari 112 peserta. Kali ini, para peneliti menyertakan ukuran motivasi untuk berempati, dengan meminta peserta memilih antara terlibat dengan perasaan sendiri atau mencoba membayangkan perasaan orang lain
Seperti dalam studi pertama, kerendahan hati intelektual dikaitkan dengan akurasi empati yang lebih besar menggunakan salah satu dari dua metrik empati.
Sekali lagi, yang memiliki kerendahan hati yang lebih tinggi menunjukkan kesenjangan yang lebih lebar antara perhatian empati dan tekanan pribadi.
Untuk menguji apakah kerendahan hati intelektual dapat ditingkatkan secara eksperimental, para peneliti melakukan studi ketiga menggunakan desain antar-subjek dengan 209 partisipan.
Satu kelompok ditugaskan untuk membaca materi dan menjawab pertanyaan yang dirancang untuk menumbuhkan kerendahan hati intelektual, sementara kelompok lain dihadapkan pada konten yang menekankan keyakinan intelektual.
“Kerendahan hati intelektual memiliki nilai penting, terutama saat situasi dan hubungan sedang sulit,” kata Lehmann. (ndi)