Aktual.co.id – Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam British Journal of Psychology menunjukkan bahwa orang cenderung mendukung politisi populis ketika politisi tersebut menghibur.
Dalam empat studi yang melibatkan peserta Amerika Serikat, para peneliti menemukan sejauh mana orang memandang pemimpin sebagai sosok yang menarik, memikat, atau menarik perhatian.
Temuan ini menawarkan wawasan baru tentang bagaimana pengalaman emosional dan gaya pribadi membentuk preferensi politik.
Para peneliti ingin memahami mengapa para pemimpin populis memperoleh dukungan substansial di banyak negara. Penelitian sebelumnya sebagian besar berfokus pada emosi negatif, seperti ketakutan atau kemarahan, sebagai pendorong dukungan populis.
Temuan penting lainnya adalah sikap populis umum meramalkan dukungan bagi para pemimpin populis melalui jalur hiburan. Dengan kata lain, orang-orang yang memiliki pandangan populis cenderung menganggap pemimpin yang menghibur.
Sehingga pada gilirannya membuat lebih mendukungnya. Efek mediasi ini tidak muncul pada para pemimpin non-populis.
“Semua politisi mendapat manfaat sampai batas tertentu karena dianggap menghibur oleh publik, tetapi politisi non-populis tidak begitu banyak pendukung,” jelas penulis studi Jan-Willem van Prooijen, seorang profesor madya di VU Amsterdam, peneliti senior di NSCR, dan Profesor tentang radikalisasi, ekstremisme, dan pemikiran konspirasi di Universitas Maastricht..
Namun, seperti semua penelitian, masih ada beberapa keterbatasan. Sebagian besar peserta berbasis di Amerika Serikat, dan politisi yang diuji sebagian besar adalah warga Amerika.
Gerakan populis bervariasi di berbagai negara, seperti memadukan ide sayap kiri dan sayap kanan yang tidak sesuai dengan kerangka politik AS belum diteliti oleh peneliti. Sehingga keputusan ini belum bisa dilakukan untuk negara negara yang menganut sayap kiri dan sayap kanan. (ndi)