Aktual.co.id – Pada tanggal 28 September, LSM, pemerintah, dan masyarakat dari seluruh dunia bersatu memperingati Hari Rabies Sedunia untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya penyakit ini.
Menurut kutipan dari national Today, Aliansi Global untuk Pengendalian Rabies (GARC) mengedukasi masyarakat tentang bagaimana rabies dapat diberantas pada manusia dan hewan peliharaan jika mengambil langkah-langkah yang tepat.
Di seluruh dunia, anjing adalah hewan yang paling umum terjangkit rabies. Lebih dari 99 persen kasus pada manusia berasal dari gigitan anjing.
GARC mensponsori untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya rabies. Dengan Hari rabies Sedunia masyarakat dapat menerapkan langkah-langkah untuk membantu mengendalikan penyebaran rabies.
Di Indonesia, rabies atau yang dikenal dengan “penyakit anjing gila” masih menjadi salah satu masalah yang mengancam kesehatan masyarakat.
Meskipun demikian, penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian vaksinasi pada hewan peliharaan. Hewan utama penular rabies adalah anjing.
Selain anjing, hewan yang juga dapat membawa virus rabies dan menularkannya ke manusia adalah kelelawar, kucing, dan kera.
Berdasarkan kutipan dari Alodokter, Virus rabies bisa menular melalui air liur, gigitan, atau cakaran hewan yang tertular rabies.
Hewan yang berisiko tinggi untuk menularkan rabies umumnya adalah hewan liar atau hewan peliharaan yang tidak mendapatkan vaksin rabies.
Munculnya gejala rabies bisa sangat bervariasi, antara 5 hari hingga sekitar 1 tahun. Namun, gejala penyakit ini umumnya muncul 30–90 hari setelah penderita tergigit hewan yang terinfeksi.
Gejala rabies bisa lebih cepat muncul jika lokasi gigitan atau cakaran hewan dekat dengan otak, misalnya di dada, leher, atau di kepala.
Rabies merupakan penyakit yang sangat berbahaya. Begitu gejalanya muncul, dapat dipastikan virus rabies sudah menginfeksi otak sehingga kondisi penderita bisa memburuk dengan cepat. Penderita dapat mengalami komplikasi,gagal napas, koma, henti jantung dan kematian. (ndi/Alodokter)