Aktual.co.id – Pola asuh masa kecil memiliki kertkaitan ketika tumbuh kembang menjadi dewasa. Salah satunya menghindar orang untuk menjadi lebih dekat.
“Banyak yang tidak menyadari jika sikap ini didasarkan pola asuh ketika masih anak-anak yang didominasi keluarga yang kacau balau,” kata Isabella Chase.
Berikut beberapa alasan orang yang enggan atau berhati-hati berdekatan dengan orang lain berdasarkan pola asuh ketika masa kecil.
Kurangnya Harga Diri
Salah satu pengalaman masa kecil paling signifikan yang dapat membuat seseorang menghindari hubungan dekat saat dewasa adalah kurangnya harga diri.
Hal terpenting yang perlu diingat di sini adalah bahwa harga diri berasal dari dalam diri sendiri . Tidak ada validasi eksternal yang dapat menggantikannya.
Perjalanan untuk membangun hubungan yang lebih sehat sering kali dimulai dengan belajar menghargai dan mencintai diri sendiri.
Perilaku Orang Tua yang Tidak Konsisten
Memiliki orang tua atau pengasuh yang perilakunya tidak konsisten dapat menimbulkan kebingungan dan rasa tidak aman pada anak.
Pada suatu saat, orangtua mungkin bersikap penuh kasih dan perhatian, dan di saat berikutnya bisa bersikap jauh atau bahkan bermusuhan. “Ketidakpastian ini dapat membuat anak merasa tidak aman dan cemas dalam menjalin hubungan dekat,” ungkap Isabella Chase.
Sebagai orang dewasa, mungkin secara tidak sadar menghindari terlalu dekat dengan orang lain sebagai cara melindungi diri dari ketidakpastian yang dialami ketika masa pola asuh.
Mengalami Trauma
Pengalaman traumatis di masa kanak-kanak dapat berdampak besar pada cara menyikapi hubungan saat dewasa. Sebuah kejadian traumatis di masa membuat seseorang membangun tembok di sekeliling diri sebagai bentuk perlindungan.
“Rasanya lebih aman menjaga jarak dengan orang lain daripada mengambil risiko terluka lagi,” katanya. Ini adalah respons umum terhadap trauma. Menerima kenyataan ini dan mengatasi trauma adalah bagian penting dari perjalanan membangun hubungan yang lebih sehat.
Kurangnya Panutan yang Positif
Hubungan yang diamati di tahun-tahun pembentukan diri ketika dewasa kelak. Jika pada usia anak-anak tumbuh tanpa panutan hubungan positif, akan kesulitan membentuk hubungan yang sehat dan dekat di masa dewasa.
“Ketika dewasa orang ini tidak tahu seperti apa hubungan yang sehat, atau takut mendekati seseorang yang akan menyebabkan rasa sakit,” ketik Isabella.
Dengan memahai latar belakang ini maka bisa menjadi awal untuk memutus pola tersebut dengan membangun hubungan dengan orang yang lebih sehat.
Pengalaman Penolakan Sejak Awal
Mengalami penolakan di usia dini dapat membentuk pendekatan terhadap hubungan dengan orang lain di kemudian hari.
“Ketika seorang anak ditolak oleh teman sebaya, orang tua, atau tokoh berpengaruh lainnya dalam hidupnya, ketika dewasa dapat memendam perasaan tidak baik,” tambahnya.
Sebuah penelitian menemukan bahwa rasa sakit penolakan tidak hanya emosional tetapi juga dapat dirasakan secara fisik. Cara ini memberi wawasan tentang seberapa dalam pengalaman penolakan di awal dapat memengaruhi untuk enggan berdekatan dengan orang lain.
Jauh dari Pola Pengasuhan yang Baik
Orangtua atau pengasuh model pertama dalam menjalin hubungan. Saat masih anak-anak, saat pengasuh tidak ada atau jauh, sulit untuk belajar cara menjalin ikatan emosional dengan orang lain.
“Dalam kasus ini, butuh waktu lama bagi untuk menyadari seberapa besar jarak emosional ayah memengaruhi hubungan dengan diri sendiri. Dalam benaknya perilaku orang sama halnya dengan pola asuh ayah ketika di rumah,” ungkap Isabella.
Untuk itulah, dia menambahkan, mengenali penyebab ini bisa mengarahkan orang tersebut ke hubungan sehat kepada orang lain. Memang tidak mudah, namun bisa dibangun bersama orang – orang yang memahami persoalan tersebut.
Lingkungan Keluarga yang Kacau
Lingkungan rumah yang penuh gejolak atau tidak dapat diprediksi dapat menimbulkan dampak jangka panjang. Banyak anak-anak mendambakan stabilitas. Namun, tidak semua orang beruntung tumbuh dalam rumah yang stabil dan dapat diprediksi.
“Kehidupan rumah tangga seorang anak kacau, entah karena konflik orang tua, sering pindah rumah, atau bentuk ketidakstabilan lainnya, sering membawa kekacauan itu ke dalam hubungan saat dewasa,” ungkapnya.
Memahami hal ini dapat membantu berempati bukan menyalahkan masa lalu, tetapi memahami pengaruhnya dan menemukan cara menciptakan pola yang sehat untuk masa depan. (ndi)
