Aktual.co.id – Sering kali menikmati tahu campur namun banyak yang belum tahu kapan makanan khas Lamongan tersebut ditemukan. Berdasarkan data dari lamongankab.go.id, tahu campur ini berasal dari Desa Padenganploso, Kecamamatan Pucuk Kabupaten Lamongan pada tahun 1700 an.
Dikisahkan, seseorang menjadi koki Belanda di Surabaya membuat menu makanan dengan cara mencampur semua bahan makanan. Resep tersebut tetap dipertahankan ketika dirinya tidak lagi bekerja menjadi juru masak orang Belanda dan menjajakan kepada masyarakat.
Melalui berbagai evaluasi dan penyempurnaan, masakan tersebut makin diminati oleh masyarakat yang membeli menu tersebut. Maka dikenalah makanan yang dulunya untuk orang Belanda bernama tahu campur, yang terdiri dari petis, cingur, lontong, kuah, kecambah, serta sayuran.
Dulu tahu campur ditambakan tauco tapi karena rasanya kurang pas, tauco tidak lagi dipakai dalam resepnya. Nama orang Padenganploso tersebut tidak diketahui dikarenakan sudah turun temurun sejak tahun 1700 dan belum didokumentasikan.
Resep penyempurnaan tahu campur dilakukan setelah kemerdekaan Republik Indonesia. Menurut sejarah, tahu campur ini makanan khas pemberontakan, karena waktu berjualan, pikulan atau rombong tempat jualan diberikan simbol kain warna merah sebelah kanan dan warna putih di sebelah kiri.
“Tahu campur juga pernah menjadi icon kabupaten, yaitu Lamongan kota tahu campur. Para pemimpin Padenganploso sejak dulu ingin membuat event atau festival tahu campur. Hal ini sebagai perkenalan bahwa tahu campur asli dari Padenganploso,” ketik Lamongankab.go.id.
Kemudian pada tahun 2023 untuk kali pertama di gelar Festival Tahu Campur di desa Padenganploso dengan menyajikan 3000 porsi tahu campur. Festival ini dihadiri Bupati Lamongan, Dr. Yuhronur Effendi, MBA. dan Desa Padenganploso mendapatkan penghargaan sebagai desa Bumi Tahu Campur. (ndi)