Aktual.co.id – Aksi bombardir pasukan Amerika Serikat terhadap Sanaa dan Saada di Yaman Minggu (16/3/2025) menjadi topik pembericaraan hangat di media sosial platform X.
Dalam akun Suppressed News @SuppressedNws menulis, AS terus membombardir Yaman dan serangannya tiada henti. Agresi brutal AS menargetkan Sana’a dan Saada di Yaman utara, yang menyebabkan lebih dari 40 korban sipil, termasuk yang tewas dan terluka.
“Mereka adalah “Houthi” yang menjadi target AS namun warga sipil tak bersenjata, wanita, dan anak-anak ikut menjadi korban!,” ketiknya. Bahkan Presiden Trump menyaksikan serangan itu dan mengumumkan peluncuran operasi militer yang menargetkan Houthi di Yaman.
Laporan menunjukkan operasi ini dapat berlanjut selama berhari-hari atau berminggu-minggu. Serangan tersebut melibatkan pesawat AS dari Bahrain, UEA, Qatar, Siprus, dan USS Truman. Kampanye pengeboman AS dimulai untuk mendukung Israel, setelah Yaman memblokir Laut Merah sebagai tanggapan atas blokade Israel terhadap Gaza.
“Komando Pusat AS (CENTCOM) merilis rekaman F/A-18E “Super Hornet” (VFA-143) dan EA-18G “Growler” (VAQ-144) yang diluncurkan dari USS Harry S. Truman (CVN-75) di Laut Merah Utara. Pesawat tersebut melakukan serangan di Yaman,” tambah akun tersebut.
Serangan ini disaksikan langsung oleh Presiden Trump dari gedung putih. “Gambar yang dipublikasikan menunjukkan Presiden AS Donald Trump menyaksikan serangan udara di Yaman secara langsung dari Gedung Putih,” ungkap akun ini dengan memposting foto Presiden Trump.

Sebelumnya Pada Selasa (11/3), Houthi mengumumkan akan kembali memblokade selat di ujung Laut Merah. Selat Bab al-Mandab itu menjadi alur penting untuk pelayaran global. Blokade itu menyikapi keputusan Israel untuk terus menyerang wilayah Palestina di Gaza dan Tepi Barat.
Pada Minggu, Houthi kembali menegaskan blokade itu berlaku kapal-kapal Israel dan pendukungnya. Kapal-kapal yang tidak terafiliasi dengan kepentingan Israel dan pendukungnya akan dibebaskan berlayar di Bab al-Mandab. Blokade akan terus dilancarkan selama Israel melarang bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Hingga Minggu (16/3/2025) dini hari waktu Sanaa, setidaknya 13 tewas dan sembilan lain dinyatakan kritis. Jumlah korban dikhawatirkan masih terus bertambah. Sebab, belum semua orang di lokasi serangan diketahui nasibnya. Lokasi pasti sasaran juga belum jelas. (ndi)
