Aktual.co.id – Ada perilaku racun yang dipuji banyak keluarga meski berbahaya untuk kesehatan mental anak maupun setiap pribadi.
Dengan mengenali perilaku racun tradisi dalam keluarga, seseorang bisa menghindar dari paparan negative yang dilontarkan oleh keluarga.
Terlalu Menekan Kepatuhan
Pepatah sering diucapkan jika kepatuhan anak sering menjadi tanda pengasuhan yang baik. Padahal pola ini mengajarkan anak menekan perasaan mereka demi menyenangkan orang lain.
Penekanan pada kepatuhan ini mengekang ekspresi diri menjadi tidak penting. Sangat penting menumbuhkan ruang di mana anak-anak merasa nyaman mengekspresikan diri. Bagaimanapun, suara anak adalah melodi yang membuat rumah semarak dan hidup.
Memberi Penghargaan Diam Daripada Komunikasi
Banyak yang menilai anak yang diam adalah kepatuhan. Namun banyak yang memilih diam karena takut untuk menyuarakan aspirasi.
Para orang tua memberi penghargaan atas ketenangan anak daripada komunikasi. Pola ini tanpa sengaja mengajarkan anak tidak menghargai perasaan sejatinya. Mengajarkan anak – anak berpendapat baik sekali untuk kesehatan mentalnya.
Perbandingan Sebagai Alat Motivasi
Semua pernah dibandingkan dengan orang lain yang dinggap sukses untuk motivasi. “Mengapa tidak bisa lebih seperti mereka?,” ungkapan yang sering terdengar di telinga anak – anak.
Perbandingan seperti ini bisa menghancurkan harga diri, memicu kebencian, dan menghambat pertumbuhan individu.
Membandingkan anak dengan orang lain menumbuhkan rasa takut tidak memenuhi harapan, takut gagal, dan takut ditolak. Perbandingan malah menahan anak untuk berkembang.
Perfeksionisme Tidak Tehat
Orang tua percaya dengan mendorong anak menjadi sempurna akan membantu meraih kesuksesan. Kenyataannya, tekanan ini lebih banyak menimbulkan kerugian daripada manfaat.
Kepura-puraan menjadi sempurna dapat membentuk anak memaknai kesalahan adalah kegagalan dampaknya anak mencoba menghindari kesalahan sehingga kehilangan kesempatan belajar.
Menekan Emosi Negatif
Hampir semua orang pernah merasakan diminta berhenti menangis ketika mengalami masa sedih. Orang tua sering beranggapan mengeskpresikan emosi negatif seperti menangis sebagai kelemahan.
Dengan menekan emosi dapat menyebabkan ketidakstabilan bahkan kemasalah kesehatan fisik. Psikolog menyarankan agar anak-anak dilatih untuk mengekspresikan emosi seperti menangis atau marah. Mengakui akan emosi akan membantu mengelola emosi tersebut.
Menekankan Keharmonisan
Banyak keluarga bangga karena mampu menjaga lingkungan yang damai dan harmonis. Namun, hal itu mengorbankan upaya menghindari konflik dan percakapan yang sulit.
Dalam konteks pendidikan pertumbuhan, hidup dalam keluarga harus berani mengganggu kedamaian. Dengan menghindari konflik akan menciptakan ilusi keharmonisan sekaligus mengabaikan masalah. Keharmonisan sebenarnya bukanlah tidak ada konflik, tetapi seberapa efektif dapat menyelesaikannya.
Cinta Bersyarat
Ini adalah perilaku yang tidak sehat yang masih lazim di lingkungan keluarga. Cinta bersyarat ini bisa berbahaya karena anak mendapat pengakuan cinta ketika mereka patuh keinginan orang tua.
Cinta yang sesungguhnya tanpa syarat. Dia datang secara tulus sebagai bentuk kasih sayang tanpa mengesampingkan perbedaan. (ndi)
