Aktual.co.id – Ada kepribadian wanita yang menjauhi pria yang sudah berbuat baik kepada dirinya. Perilaku ini sering tidak disadari, namun jika diteliti lebih dalam, sikap ini merupakan gangguan di dalam dirinya. Berikut alasan wanita yang meninggalkan pria yang sudah mencintainya menurut psikolog Minh Trahn.
Sikap Defensif
Alasan wanita meninggalkan pria baik yang mencintainya adalah bentuk difensif. Di dalam alam bawah sadarnya wanita ini rapuh dan seperti mendapat serangan dari pria yang mencintainya.
Peristiwa alam bawah sadar ini dianggap sebagian psikolog bentuk kerentanan dan gangguan mental yang harus mendapat pendampingan terapi profesional.
Apapun alasannya meninggalkan orang yang sudah tulus mencintainya adalah perilaku yang harus diluruskan.
Kurang Cinta Diri Sendiri
Persoalannya ada wanita yang memilih pria tertentu untuk validasi kepada orang lain bahwa dirinya cantik. Hal inilah yang menyebabkan wanita tersebut meninggalkan pria yang sudah berkurban ketulusan terhadap dirinya.
Wanita tipe ini kesulitan untuk menghargai dirinya sendiri. Dirinya tidak mampu mengontrol alam bawah sadarnya untuk melihat realitas serta tanda – tanda non verbal yang diberikan oleh lingkungan sosial dan pria yang mencintainya.
Kepribadian yang Rentan
Salah satu sifat kerentanan adalah menjauhkan dari orang yang sudah berbuat tulus terhadap dirinya. Hal ini berasal dari rasa takut yang akan penolakan dan potensi rasa sakit yang menyertainya.
Rasa takut ini sering kali membuatnya membangun tembok, menghalangi keintiman yang didambakan. Psikolog terkenal Brené Brown berkata, “Kerentanan bukanlah menang atau kalah; melainkan memiliki keberanian tampil dan terlihat tidak memiliki kendali atas hasilnya.”
Jadi, kurangi kewaspadaan. Biarkan seseorang masuk. Jangan takut untuk menunjukkan siapa diri sendiri sebenarnya. Ingat, hubungan sejati tumbuh subur melalui keaslian dan kerentanan.
Komunikasi yang Tidak Efektif
Komunikasi yang tidak efektif terjadi seperti tidak mengungkapkan kebutuhan pribadi dengan jelas, menghindari percakapan sulit, atau berasumsi pasangan dapat membaca pikiran.
Pola-pola ini menciptakan kesalahpahaman dan membangun rasa kesal seiring berjalannya waktu. Ini menunjukkan betapa pentingnya berbicara yang efektif baik.
Ini tentang mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan jujur, mendengarkan dengan penuh empati, dan menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif.
Trauma Masa Lalu Belum Terselesaikan
Luka dan kekecewaan di masa lalu dapat menciptakan narasi dalam pikiran yang memengaruhi cara memandang dan menanggapi suatu hubungan.
Jika tidak ditangani, trauma ini dapat membuat seseorang terlalu sensitif, memicu konflik yang tidak perlu, atau membuat menjauh dari orang-orang yang sudah dekat selama ini.
Luangkan waktu untuk menyembuhkan diri. Carilah bantuan profesional jika diperlukan. Ingat, ada kekuatan dalam mengakui rasa sakit dan berusaha menyembuhkan diri sendiri. Tidak ada kata terlambat untuk menulis ulang kisah.
Ketergantungan yang Berlebihan
Ketergantungan yang berlebihan bermula dari keyakinan bahwa kebahagiaan semata-mata bergantung pada pasangan. Hal ini memberi tekanan yang sangat besar pada mereka dan pada akhirnya dapat merusak hubungan
Ingatlah untuk mengembangkan kebahagiaan dan minat sendiri. Itu tidak hanya baik untuk kesehatan mental, tetapi juga menyehatkan hubungan diri sendiri.
Bagaimanapun, kemitraan adalah tentang dua individu utuh yang bersatu, bukan dua bagian yang mencoba menjadi utuh.
Kurangnya Kepercayaan
Kepercayaan merupakan dasar dari hubungan yang sehat. Tanpa kepercayaan, cinta yang paling kuat sekalipun akan runtuh.
Berusahalah membangun dan menjaga kepercayaan dengan pasangan. Memang butuh waktu dan usaha, tetapi hasilnya sepadan. Lagipula, hubungan tanpa kepercayaan seperti mobil tanpa bensin di mana seseorang ada di dalamnya, namun tidak berjala ke mana – mana. (ndi)