Aktual.co.id – Penelitian baru yang dipublikasikan di JAMA Open Network mengungkap bagaimana otak dipengaruhi oleh gangguan tidur dan kurang tidur.
Penelitian tersebut menemukan bahwa orang dengan gangguan tidur jangka panjang menunjukkan perubahan yang konsisten di area yang terkait dengan emosi dan pemrosesan penghargaan.
Sementara orang yang mengalami kurang tidur jangka pendek menunjukkan perubahan yang jelas di pusat penghubung otak, thalamus.
Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun kedua jenis masalah tidur tersebut dikaitkan dengan perubahan otak, keduanya memengaruhi sistem saraf yang berbeda.
“Kami tertarik dengan topik ini karena gangguan tidur sangat umum dan berdampak besar pada fungsi sehari-hari dan kesehatan mental,” ujar Gerion Reimann dari Rumah Sakit Universitas Aachen
Meskipun prevalensinya tinggi dan gejalanya lebih banyak di temukan di siang hari, serta terkait penyakit penyerta, dan faktor risiko genetik pada gangguan tidur seseorang, namun penelitian berfokus pada kondisi yang secara terpisah.
Para peneliti melakukan meta-analisis neuroimaging multimodal berskala besar. Secara sistematis peneliti meninjau studi neuroimaging dari beberapa basis data, termasuk penelitian tentang berbagai gangguan tidur seperti insomnia, apnea tidur obstruktif, narkolepsi, dan sindrom kaki gelisah.
Serta studi yang meneliti individu sehat yang mengalami kurang tidur eksperimental. Secara total, analisis tersebut mencakup data dari 231 studi, yang mencakup 140 eksperimen dan hampir 3.400 partisipan memperhitungkan sampel yang tumpang tindih.
Hanya studi yang menggunakan pencitraan struktural atau fungsional seluruh otak dan memiliki temuan signifikan yang membandingkan individu yang terganggu tidur dengan kontrol sehat yang disertakan.
Para peneliti menggunakan metode yang disebut estimasi kemungkinan aktivasi untuk menemukan area otak yang secara konsisten menunjukkan perubahan di berbagai penelitian.
Analisis terpisah dilakukan untuk gangguan tidur jangka panjang dan kurang tidur jangka pendek. Peneliti juga melakukan analisis kontras untuk membandingkan kedua kelompok secara langsung, serta analisis konektivitas fungsional untuk memetakan bagaimana area otak yang terpengaruh berinteraksi dengan bagian otak lainnya.
Salah satu aspek yang mengejutkan adalah pemisahan neurobiologis yang jelas antara gangguan tidur kronis dan kurang tidur jangka pendek. Meskipun gejalanya tumpang tindih, namun daerah otak yang terpengaruh tidak menunjukkan tumpang tindih secara anatomi.
“Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pengalaman tidur terasa serupa, namun mekanisme yang mendasarinya sangat berbeda. Kondisi ini untuk wawasan penting strategi diagnostik dan pengobatan,” kata Gerion Reimann.
Para peneliti menekankan bahwa penelitian di masa mendatang harus bertujuan pengobatan untuk gangguan tidur dapat memengaruhi kelainan otak yang diidentifikasi. Penting juga menyelidiki apakah perubahan otak yang diamati merupakan penyebab gangguan tidur.
Selain itu, pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara gejala-gejala tertentu, seperti kelelahan, perubahan suasana hati, atau masalah ingatan, dan perubahan di wilayah otak seperti amigdala dan talamus harus diteliti lebih jauh untuk membantu pengobatan. (ndi)