Aktual.co.id – Setelah mencuatnya isu dugaan “Pertamax Oplosan”, gelombang perpindahan konsumsi BBM masyarakat semakin terlihat. Tak hanya sekadar kekhawatiran di media sosial, kini fenomena ini mulai tercermin dalam antrean panjang di SPBU asing seperti Shell dan BP. Sejumlah video yang viral di platform TikTok memperlihatkan masyarakat yang berbondong-bondong beralih dari Pertamina ke SPBU swasta karena dirundung keraguan terhadap kualitas Pertamax.
Salah satu video yang diunggah akun @soloposofficial memperlihatkan antrean kendaraan yang mengular di SPBU Shell. Fenomena serupa juga terekam dalam unggahan akun @willvzy, yang mencantumkan tagar #pertamina dan #shell serta menyebutkan “korban sakit hati” sebagai ekspresi kekecewaan pengguna BBM Pertamina. Video tersebut berhasil menarik perhatian luas dengan 21,8K love, 1.114 komentar, dan 818 pengguna yang menyimpannya.
Gelombang reaksi ini menandakan bahwa keresahan publik terhadap kualitas Pertamax bukan sekadar perbincangan di dunia maya, melainkan telah berdampak nyata pada perilaku konsumsi BBM di Indonesia.
Munculnya diksi “Antri” dalam perbincangan di media sosial menggambarkan bagaimana narasi tentang “Pertamax Oplosan” telah berkembang menjadi pergeseran kepercayaan terhadap BBM nasional. Jika sebelumnya masyarakat hanya mendiskusikan kemungkinan adanya pengoplosan dalam Pertamax, kini efek dari Discourse tersebut semakin nyata dengan meningkatnya jumlah konsumen yang beralih ke SPBU asing.
Fenomena ini dapat membawa dampak serius terhadap industri BBM nasional. Jika masyarakat terus kehilangan kepercayaan pada produk Pertamina, maka pangsa pasar perusahaan plat merah tersebut bisa mengalami penurunan signifikan.
Selain itu, peralihan konsumsi ke BBM non-subsidi di SPBU asing berpotensi mengganggu strategi pemerintah dalam pengelolaan subsidi energi. Krisis komunikasi yang terjadi ini menandakan bahwa pemerintah dan Pertamina tidak cukup kuat dalam mempertahankan kuasa pengetahuan terhadap kebijakan energi, sehingga masyarakat lebih mudah menerima narasi alternatif yang beredar di media sosial.
Merespons situasi ini, pemerintah dan Pertamina perlu segera mengambil langkah konkret untuk memulihkan kepercayaan masyarakat. Selain transparansi dalam pengawasan kualitas BBM, strategi komunikasi digital yang lebih persuasif dan berbasis data harus diperkuat. Jika isu ini terus berkembang tanpa penanganan yang tepat, bukan tidak mungkin pergeseran konsumsi BBM masyarakat ini akan mengubah lanskap industri energi nasional secara permanen.
Dr. Irwan Dwi Arianto, M.I.Kom.
Pengasuh Rubrik Big Data di Aktual.co.id
Kepala Laboratorium Integrated Digital – FISIBPOL – UPN “Veteran” Jatim
Founder ASIGTA Group