Aktual.co.id – Ada batasan tipis antara memenangkan argumen dan menjadi orang yang mengendalikannya. Ini bukan menjadi orang yang keras kepala.
Taktik ini untuk membantu agar meyakinkan dalam diskusi. Dengan kemampuan mengendalikan diri, perdebatan bisa dikendalikan serta mengikuti alur yang diinginkan.
Seni Mendengarkan Secara Aktif
Saat sedang berdebat banyak yang terjebak dalam perdebatan kata-kata, karena ingin menyampaikan pendapat kita. Namun berapa banyak yang menyisihkan waktu untuk mendengarkan?
Mendengarkan secara aktif adalah alat ampuh bagi yang sedang berdebat argumen. Orang yang memilih mendengarkan akan memahami sudut pandang lawan bicara sebelum merumuskan membalas tanggapan.
Kekuatan Empati dan Validasi
Mengakui perasaan atau ide orang lain bukan berarti setuju dengannya. Melainkan menunjukkan rasa hormat untuk mempertimbangkan membalas sudut pandang lawan bicara.
Dan gerakan kekuasaan ini dapat menjadi kunci untuk memimpin argumen yang menguntungkan.
Kekuatan Kerentanan
Menunjukkan kerentanan dapat menjadi langkah ampuh dalam sebuah argumen. Itu mentah, jujur, dan dapat melucuti lawan yang paling keras kepala sekalipun.
Selama argumen yang panas, mengakui kesalahan atau kurangnya pengetahuan tentang suatu hal menunjukkan kerendahan hati dan kejujuran. Itu membangun kepercayaan, dan menunjukkan tidak ingin menang namun menguasai pembicaraan.
Efek Pembingkaian
Kata-kata yang digunakan menyusun argumen memainkan peran penting dalam cara berargumen supaya diterima.
Jika sedang berdebat, pertimbangkan bagaimana membingkai poin-poin yang akan disampaikan. Ini bukan tentang manipulasi. Ini menyajikan argumen dengan cara yang memudahkan orang lain memahami perspektif pembicaraan.
Peran Kecerdasan Emosional
Menerapkan ini dalam argumen berarti tidak hanya mendengarkan apa yang dikatakan orang lain, tetapi juga mendengarkan perasaan lawan bicara. Apakah orang tersebut merasa tidak didengarkan?
Apakah frustrasi atau bersikap defensif? Menanggapi emosi ini dapat membantu meredakan situasi dan membuka dialog yang lebih produktif.
Memperhatikan isyarat emosional tidak selalu mudah, terutama saat bersemangat dengan pendirian dalam berdebat. Ini adalah langkah halus yang dapat meningkatkan kualitas argumen secara signifikan.
Paradoks Kepastian
Menyatakan pendapat dengan keyakinan penuh akan membuat lebih persuasif. Namun, hal itu justru mengurangi ruang dialog terbuka dan membuat orang lain menjadi lebih defensif.
Hal ini dapat membuat orang lain merasa diabaikan dan cenderung tidak terlibat dalam percakapan yang konstruktif.
Lain kali jika sedang berdebat, cobalah mengungkapkan pikiran dengan sedikit ketidakpastian. Frasa seperti “Saya mungkin salah, tetapi…” atau “Ini hanya perspektif saya…” dapat membantu menciptakan dialog yang lebih terbuka.
Menguasai Jeda
Menguasai seni jeda – membiarkan diri diam sejenak sebelum menanggapi dapat memberi keunggulan dalam sebuah argumen. Hal ini memungkinkan untuk mengumpulkan pikiran, memproses apa yang telah dikatakan, dan menanggapi dengan lebih efektif.
Jadi, jangan terburu-buru mengisi setiap keheningan. Gunakan secara strategis. Ini adalah gerakan kekuatan halus yang dapat mengubah kualitas argumen. (ndi)