Aktual.co.id – ada perilaku menarik yang dimiliki oleh orang yang biasa menggunakan filter setiap kali memposting foto di media sosial. Berikut ini kepribadian yang biasa menggunakan filter ketika posting foto berdasarkan analisa Isabella Case.
Mencari Validasi
Kebutuhan konstan menggunakan filter sering kali berasal dari keinginan mendalam untuk mendapatkan validasi.
Postingan bukan lagi membagikan moment dalam hidup, melainkan mengejar banyak like dan komentar positif yang dikumpulkan.
Menciptakan Pesona Palsu
Perilaku kedua yang diperhatikan adalah terciptanya pesona palsu. Setiap foto yang difilter bagaikan batu bata di dinding realitas alternatif yang dibangun di media sosial.
Para psikolog menyarankan agar mengurangi atau menghentikan pesona palsu seperti ini karena akan mengganggu kesehatan jiwa jika jumlah like tidak sesuai yang diinginkan.
Terlalu Memikirkan Citra yang Sempurna
Pengejaran kesempurnaan ini tidak hanya melelahkan tetapi juga merampas kesempatan menikmati momen indah.
Orang tersebut menjadi sibuk mencari moment agar bisa diposting yang terbaik sehingga mendapatkan respon positif dari followernya.
Meningkatkan Kecemasan
Orang yang sering menggunakan aplikasi penyuntingan foto dan filter melaporkan tingkat kekhawatiran yang lebih tinggi.
Kecemasan yang dirasakan lebih banyak dikarenakan takut postur tubuh yang tidak sempurna karena kurang olah raga atau diet yang tidak sempurna. Kecemasan ini akan dirasakan ketika menghadapi postingan foto tidak sesuai yang diinginkan.
Ketergantungan pada Validasi Media Sosial
Setiap like, komentar, dan share menjadi sumber kepuasan instan. Sensasi dopamin menjadi adiktif, dan harga diri terikat pada jumlah like yang diperoleh.
Semakin bergantung pada validasi eksternal untuk harga diri, semakin terjerumus ke dalam perangkap keinginan untuk mencari persetujuan. Ini adalah lingkaran setan yang berdampak buruk pada kesehatan mental.
Penghindaran Realitas
Penggunaakn filter pada media sosial sebagai mekanisme penanggulangan menghadapi masalah yang dihadapi secara langsung.
Penggunaan filter ketika memposting foto di media sosial dianggap mengabaikan realitas nyata yang semu. Artinya terjebak menggambarkan kehidupan yang sempurna secara daring daripada menghadapi masalah yang sebenarnya.
Mengabaikan Koneksi
Di dunia digital yang semakin terhubung, sering kali melupakan nilai hubungan antarmanusia yang sesungguhnya. Namun, interaksi di dunia nyata inilah yang benar-benar memperkaya hidup dan mendatangkan kebahagiaan sejati.
Para psikolog memberikan pesan, agar tidak segera memposting setiap kegiatan yang dilakukan bersama dengan kelompok. (ndi)