Aktual.co.id – Ada beberapa kalimat yang diucapkan melambang seseorang tidak bahagia. Mereka menggunakan kalimat tersebut untuk menutupi keresahan yang ada di dalam hatinya.
“Mari kita bicarakan hal itu.”
Kalimat ini melambang orang tersebut dalam kondisi terintimidasi terancam. Dengan mengucapkan ini dia ingin memperjelas konflik yang sedang dihadapi. Kalimat ini bentuk perasaan yang muncul ke permukaan melalui bahasa.
“Inilah yang saya maksud.”
Di tengah himpitan konflik kalimat ini sering muncul ketika ada kesepahaman dalam perdebatan. Kalimat ini tidak muncul begitu saja sebelum ada perselisihan sehingga memunculkan kesalahpahaman lawan bicara.
“Saya baik-baik saja”
Si pengucap mencoba memakai topeng agar terlihat baik baik saja, namun ekspresi tidak bisa berbohong dengan wajah berlawanan dengan yang diucapkan.
“Aku hanya lelah”
Memakai kalimat kelelahan seperti kehormatan untuk menutupi perasaan yang lebih dalam. Mungkin terkuras secara emosional, bergulat dengan perasaan sedih yang tidak dapat mereka ungkapkan dengan baik. Kalimat in mungkin seruan minta tolong yang tak terucapkan dari seseorang yang berjuang melawan dirinya sendiri.
“Saya selalu kurang beruntung”
Ini disebut “lokus kendali eksternal”. Ketika seseorang merasa bahwa hidupnya dikendalikan oleh faktor luar dan tidak bisa berbuat banyak, mereka sering mengatakan hal-hal seperti, “Saya selalu kurang beruntung.”
“Saya sudah terbiasa,”
Ketahanan mental memang patut diacungi jempol, namun kalimat ini hanyalah topeng dari rasa sakit yang mendalam. Ketika seseorang sering berkata, “Saya sudah terbiasa,” mereka mungkin berusaha untuk menormalisasi kesedihannya. (ndi/blogherald)